Please Enable JavaScript!
Mohon Aktifkan Javascript![ Enable JavaScript ]

Friday, August 31, 2018

Oke Oce Mart Banyak Bangkrut dan Berakhir Mengenaskan, Ini Kata Sandiaga Uno


Beritaterheboh.com - Susan ialah pejaga kasir di toko OK OCE Mart di Jalan Warung Jati Barat, Kalibata, Jakarta Selatan. Siang itu, Jumat (31/8) toko yang dijaga Susan tampak lengang. Pembeli sepi, barang-barang bertumpuk di rak tanda tak laku. Di atas selembar karpet yang digelar di sisi kanan tokonya, Susan tampak asik berseda gurau dengan anaknya.

"Memang sepi di sini. Saya baru dua minggu kerja di sini, eh, terakhir minggu ini yang terakhir karena mau tutup," kata Susan kepada saya.

Di depan toko itu ada lima driver Gojek yang mangkal. Namun, Susan, kasir toko yang saya temui, mengatakan para driver memang hanya mangkal dan tak pernah order Go-Mart dari pelanggan. "Enggak, mereka nggak pernah belanja untuk orderan di sini, ya hanya nongkrong saja di situ," kata Susan .

Toko tersebut sudah tak banyak lagi berisi barang-barang dagangan layaknya toko swalayan pada umumnya. Terdapat dua lemari pendingin ukuran standar berisi minum-minuman. Terdapat juga dua pendingin ruangan meski hanya satu yang menyala.

Isi toko disekat menjadi dua, yang mana barang-barang dagangan dan kasir ada di sebelah kiri. Sebelah kanan terlihat kosong dan hanya terlihat karpet kecil tempat Susan dan anak perempuannya duduk, sebelum saya memasuki toko. Susan hanya bersenda-gurau dengan anaknya di dalam toko, seperti tak ada kesibukkan.

Di sisi kanan toko juga terdapat banner besar bertuliskan: "Sekretariat Relawan PRADA: Prabowo-Sandiaga".

Susan, yang memang baru bekerja sebagai kasir selama dua minggu terakhir, mengaku toko sepi pungunjung dan omzet per harinya tak menyentuh angka dua ratus ribu.

Susan bilang ini hari terakhir toko OK OCE Mart Kalibata beroperasi. Toko akan ditutup akhir pekan ini. 

Pendiri OK OCE Mart Lilies Noorlismanie membernarkan informasi Susan. "Tidak ditutup, hanya tempatnya dipindahkan dan jadi dua toko. Ini karena harga sewa yang mahal dan pangsa pasar yang tidak mendukung" katanya saat sayang hubungi.

Lilies mengaku memang OK OCE MART Kalibata dinaungi oleh koperasi yang beranggotakan 200 orang.

Jika melewati Jalan Warung Jati Barat ke arah Mampang Prapatan, lokasi toko akan ada berada di kiri jalan, setelah melewati salah satu toko Alfamart yang jaraknya hanya sekitar 100 meter. Tak jauh dari lokasi, di seberang jalan menuju Ragunan pun terdapat toko Alfamart. Jadi, dalam jarak sekitar 200 meter ada tiga toko swalayan: dua Alfamart dan satu OK OCE MART.

Tepat di depan toko OK OCE MART, terdapat penjual Mi Ayam Pangsit dan warung nasi Ayam Penyet. Dengan keadaan toko yang menjorok ke dalam sekitar 15 meter, neonboks yang kecil, dan lokasi yang tepat berada di tikung jalan ke arah kiri, membuat keberadaan toko tak gampang disadari orang.

Membandingkan dengan OK OCE MART Lainnya


Toko GERAI OK OCE yang berada di Jalan Cikajang, Jakarta Selatan, agak lebih beruntung. Toko yang berada di dalam container sebesar 20 kaki itu lebih sehat secara finansial ketimbang OK OCE MART Kalibata.

Lenawati, pengelola GERAI OK OCE Cikajang, mengatakan tokonya bisa mendapatkan omzet hingga satu juta rupiah per hari, meski terdapat toko CIRCLE-K yang hanya berjarak tiga rumah.

"Sejak 2018 omzetnya memang naik jauh," kata Lena saat ditemui Tirto, Jumat (31/8/18) siang.

Sepanjang Jalan Cikajang memang hanya terdapat tiga toko swalayan. Selain GERAI OK OCE dan CIRCLE-K, Alfamart berada di ujung jalan menuju Jalan Wolter Monginsidi yang relatif jauh dari GERAI OK OCE.

Meski GERAI OK OCE Cikajang berukuran lebih kecil dan sempit ketimbang OK OCE MART, namun barang-barang dagangan lebih banyak dan kasir terlihat sibuk dengan listingbarang. Berbeda dengan Susan di OK OCE MART.

GERAI OK OCE Pancoran yang berada di Jalan Pancoran Timur III lebih beruntung lagi. Toko yang dikelola oleh Ali Masyhari ini memiliki dua pegawai yang terlihat sibuk ketika saya datang. Barang-barang dagangan pun lebih lengkap dengan adanya bahan sembako, seperti beras.

"Lumayan di sini. Omzet kami di sini perhari bisa menyentuh tiga juta rupiah," kata Ali saat saya temui di toko.

GERAI OK OCE ini menjadi satu lokasi dengan Al-Kautsar Haji & Umrah dan TK Islam Al-Kautsar yang dikelola oleh Ali. Namun berbeda dengan GERAI OK OCE, ia mengaku toko itu milik masyarakat sekitar. Diawal terbentuk, ada 70 orang yang memberi modal alias menjadi investor di GERAI OK OCE.


Alhasil, seluruh pemodal lebih memilih berbelanja di GERAI OK OCE karena terdapat beberapa keuntungan sebagai pemilik modal. Ali mengatakan setiap hari di pagi hari pun akan ramai karena TK berkegiatan belajar mengajar.

Posisi GERAI OK OCE Pancoran memang strategis. Paling tidak dalam radius 300 meter tak ada toko swalayan yang lain.

Dalam kasus OK OCE MART Kalibata, Ketua Umum Perkumpulan Gerakan OK OCE Faransyah Jaya melihat hal serupa.

"OK OCE MART di Kalibata, saya lihat kontraknya habis, sebagai pola bisnis mungkin hitung-hitungannya belum berpotensi dengan sesuai keinginan pemilik," katanya kepada saya.

Baca juga artikel terkait OK OCE MART atau tulisan menarik lainnya Haris Prabowo


Oke Oce Mart Banyak Bangkrut, Sandiaga Ragu Kampanye di Nasional

Sandiaga Uno, bakal calon wakil presiden peserta Pilpres 2019, mulai ragu untuk mengusung program bantuan minimarket Oke Oce Mart ke tingkat nasional saat berkampanye nanti.

Pasalnya, Sandiaga Uno mengakui masih terdapat kendala dalam penerapan Oke Oce Mart di DKI Jakarta. Bahkan, tak sedikit Oke Oce Mart yang gulung tikar.

Untuk diketahui, Oke Oce Mart adalah salah satu wujud program Oke Oce yang diusung Sandiaga Uno bersama Anies Baswedan saat berkampanye di Pilkada DKI 2017.

"Saya bilang, tak akan bawa (Oke Oce Mart) ke level nasional, sampai di DKI sendiri ajek. Kalau di DKI sudah ajek, maka permintaan akan banyak di daerah lain," kata Sandiaga di Jalan Sriwijaya Raya, Jakarta Selatan, Jumat (31/8/2018).

Meskipun mengetahui banyak gerai Ok Oce Mart yang tutup, Sandiaga mengklaim programnya tersebut masih berjalan baik.

"Iya keadaan ekonomi seperti ini, saya lihat memang pengelolaan manajemen, pengelolaan peluang usaha itu sebagai kunci untuk ekonomi yang terkendala seperti ini," ujarnya.

Ia berharap, meski banyak Oke Oce Mart tutup, harus ada gerai baru yang bermunculan sehingga program itu tetap stabil.

“Saya harapkan ada gerai Oke Oce Mart baru dibuka, jadi tak stagnan. Jadi tergantung lokasi dan kinerja administratifnya. Tapi secara umum sudah positif kalau cuma satu atau dua gerai yang tutup. Bisnis ya seperti itu,” tandasnya.

(tirto.id - Bisnis/suara.com) 



from Berita Heboh https://ift.tt/2Pr7Kt0
via IFTTT
Share:

Rekam Jejak Nur Mahmudi, Berseteru dengan Jokowi, Kasus Tabrak Lari, Sampai Jadi Tersangka & Hilang Ingatan!


Beritaterheboh.com - Bekas Wali Kota Depok Nur Mahmudi Ismail, dikabarkan dirawat di rumah sakit dan menderita hilang ingatan.

Padahal, baru saja Nur Mahmudi ditetapkan sebagai tersangka dalam proyek pembangunan Jalan Nangka. Dia ditetapkan sebagai tersangka bersama eks Sekretaris Daerah Depok oleh penyidik Polda Metro Jaya.

Dikabarkan Sakit dan Menderita Ingatan

Di tengah pemberitaan Nur Mahmudi sebagai tersangka, muncul kemudian berita kurang sedap terkait kesehatan politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu.


Mantan ajudan Nur Mahmudi, Tafi mengatakan pria kelahiran Kediri itu kehilangan ingatan usai terjatuh ketika ikut perlombaan 17 Agustus yang lalu.

"Pada saat lomba 17-an Agustus, tanggal 18-nya lomba volley main di sini, (Nur Mahmudi) jatuh pas kepala belakangnya," kata dia kepada wartawan di pos rumah Nur Mahmudi Komplek Tugu Asri, Jalan RTM, Tugu, Cimanggis, Depok, Rabu (29/8/2018).

Menurut Tafi, Nur Mahmudi sempat dilarikan ke Rumah Sakit Hermina, Depok dan dirawat selama sepekan. Nahas, cidera tersebut menyebabkan Nur Mahmudi hilang ingatan.

"Ya sempat ini (hilang ingatan). Tapi sudah mulai ada perbaikan. Intinya masih masa penyembuhan lah," kata dia.


Mantan Menteri

Nur Mahmudi bukanlah orang baru di jajaran pemerintahan. Sebelum jadi wali kota, dia sudah menduduki jabatan Menteri Kehutanan dan Perkebunan.

Jabatan itu dia emban sejak 23 Oktober 1999-15 Maret 2001. Saat itu Gus Dur menjabat sebagai presiden RI.

Dari lama wikipedia menyebutkan, Nur Mahmudi dicopot Gus Dur karena perbedaan visi.

Wali Kota 2 Periode dan sering berseteru dengan Jokowi saat menjabat Gubernur DKI

Nur Mahmudi adala wali kota Depok dua periode. Dia menjabat sebagai orang nomor satu di Depok mulai 2006 hingga 2016.

Dia maju pertama kali pada Pilkada Depok berpasangan dengan Yuyun pada tahun 2005. Keduanya baru dilantik tahun 2016 karena hasil Pilkada tersebut digugat ke Pengadilan Tinggi jawa Barat dan hasilnya memenangkan pasangan Badrul/Syihabudin.

Kasus itu kemudian dibawa ke Mahkamah Agung (MA). MA menilai bahwa putusan pengadilan tinggi telah final. KPU Depok kemudian mengajukan peninjauan kembali dan hasilnya memenangkan pasangan Nur Mahmudin/Yuyun.

Nur Mahmudi vs Jokowi sempat memanas pada tahun 2013 persoalan rencana DKI membeli lahan di sekitar Sungai Ciliwung di Depok untuk dijadikan waduk. Dan beberapa kebijakan DKI yang selalu ditentang Nur Mahmudi.

Terlibat Tabrak Lari

Pada Mei 2014, mobil Pajero Sport yang ditumpangi Nur Mahmudi diberitakan menabrak seorang pemotor bernama Tasma Rosyid di Jalan Sawangan, Depok.

Tasma dilaporkan menderita patah tulang. Berdasarkan keterangan korban, Nur Mahmudi tidak turun dari mobilnya justru memilih tancap gas bersama rombongannya.

Nur Mahmudi kemudian membantah berita tersebut. Dia mengatakan telah menyuruh stafnya mengurus korban.

Akan tetapi pengakuan Tasma berbeda.

Tasma Rosyid (44) membantah pernyataan Wali Kota Depok Nur Mahmudi Ismail bahwa semua perawatan dan pengobatan dirinya sudah diurus. Tasma sebelumnya ditabrak mobil dinas Wali Kota Depok, di Jalan Keadilan, Pancoran Mas, Depok, Senin (12/5/2014). 

"Hari Jumat baru ada tanggapan. Itu pun pihak puskesmas minta saya bikin Jamkesda. Malahan bikin pusing," kata Tasma kepada wartawan, saat rawat jalan di RSUD Depok, Pancoran Mas, Senin (19/5/2014). 

Menurut Tasma, jajaran Pemkot Depok terlambat dalam menanganinya. "Saya empat hari terkapar di rumah, tidak ada tanggapan Wali Kota. Saya cuma mau kekeluargaan saja. Saya harap Wali Kota mengertilah," katanya.

Namun kasus ini kemudian menguap.


Diduga Rugikan Negara Rp 10,7 Miliar

Nur Mahmudi ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan pelebaran Jalan Nangka, Sukamaju Baru, Tapos, Depok.


Pelebaran jalan tersebut sepanjang 500 meter dan merupakan proyek Nur Mahmudi tahun 2015. Dari perbuatan tersebut, dia diduga menyelewengkan dana APBD proyek Rp 17 miliar.

Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono mengatakan negara ditaksir menderita kerugian Rp 10,7 miliar.

"(Kerugian) sekitar Rp 10,7 miliar," ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono

Kapolresta Depok Kombes Didik Sugiarto mengatakan bahwa pengadaan proyek pelebaran jalan itu menggunakan dana APBD Tahun Anggaran 2015.

"Fakta penyidikan yang kita temukan ada anggaran dari APBD yang keluar untuk pengadaan lahan itu di 2015," ujar Didik kepada wartawan di kantornya, Jalan Margonda Raya, Kota Depok, Rabu (29/8/2018).


Nilai proyek mencapai Rp 17 miliar yang belakangan diketahui, bahwa pembebasan lahan untuk pelebaran Jalan Nangka itu sudah dibayarkan ke ahli waris oleh pengembang.

"Bahwa pengadaan tanah itu, sesuai dengan surat ijin yang diberikan kepada saudara NMI, itu dibebankan kepada pihak pengembang," ungkapnya.

Ada 17 ahli waris yang mendapatkan kompensasi atas pembebasan lahan itu. Tanah itu dibebaskan oleh pengembang yang akan membangun apartemen di sekitar lokasi. 

Baca juga: Jadi Tersangka Korupsi Jalan Nangka, di Mana Nur Mahmudi?

"Dalam proses penyidikan tim penyidik menemukan perbuatan melawan hukum yang diduga dilakukan oleh saudara HP (Harry Prihanto) dan NMI (Nur Mahmudi Ismail)," sambungnya.

Hanya saja, Didik tidak menjelaskan apakah penyidik sudah menyita sertifikat dari 17 ahli waris tersebut atau belum.

"Yang jelas penyidik akan melakukan proses langkah-langkah penyidikan untuk melakukan pembuktian. Semua rangkaian tindakan yang dilakukakan untuk melakukan pembuktian dari kontruksi hukum," tuturnya.(berbagai sumber)


.

from Berita Heboh https://ift.tt/2Ncsnfe
via IFTTT
Share:

Sejumlah Ormas Siap Menghadang Kedatangan Ratna sarumpaet Cs di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang.


Beritaterheboh.com - Sejumlah organisasi kemasyarakatan (ormas) menyatakan menolak kedatangan Ratna Sarumpaet dan Rocky Gerung ke Palembang. Mereka rencananya menjadi pembicara dalam sebuah diskusi di kota itu.

Salah satu ormas yang menolak kedatangan dua tokoh itu adalah Aliansi Sipil Palembang (ASP). Koordinator ASP, Andreas OP menilai, kedatangan keduanya sebagai salah satu upaya melakukan gerakan #2019gantipresiden.

Gerakan itu disinyalir akan mengganggu stabilitas Bumi Sriwijaya yang tengah menggelar Asian Games 2018.

“Kami khawatir mereka membuat kekacauan di Palembang, apalagi sekarang ada Asian Games. Jadi kami imbau jangan digelar di sini,” ungkap Andreas, Kamis (30/8).

Menurut dia, diskusi yang bakal digelar di Palembang pada 1 September 2018 itu tentunya mengumpulkan massa yang bisa berakibat adanya gesekan antar masyarakat. Dampak negatif inilah perlu diantisipasi karena menyangkut nama Indonesia di mata dunia.

“Gesekan inilah yang kami khawatirkan. Jangan sampai menimbulkan konflik,” ujarnya.

Oleh karena itu, pihaknya mendesak aparat keamanan untuk mengambil langkah tegas berupa tidak mengeluarkan izin penyelenggaraan diskusi publik itu. Jika masih tetap digelar, pihaknya mengancam akan menghadang kedua tokoh begitu tiba di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang.

“Kami minta ketegangan dari aparat keamanan. Jangan sampai merusak kedamaian dan kerukunan di Palembang,” katanya.

Diketahui, Ratna Sarumpaet dan Rocky Gerung akan menjadi pembicara dalam diskusi publik ‘Selamatkan Indonesia Kembali ke UUD 1945, Mutlak’ di salah satu hotel di Palembang, Sabtu (1/9). Diskusi yang digelar oleh Gerakan Selamatkan Indonesia (GSI) 2018 itu juga menghadirkan sejumlah pembicara lain.(mataindonesia.id)

from Berita Heboh https://ift.tt/2MJpLG8
via IFTTT
Share:

Dituding Ikut Campur Soal Data Kemiskinan, Penjelasan Bappenas Membuat Sandiaga Uno Mati Kutu


Beritaterheboh.com - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro membantah pernyataan mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno yang menyebut bahwa pemerintah mengontrol Badan Pusat Statistik (BPS) soal data kemiskinan dan pengangguran.

Bambang mengatakan, data-data yang digunakan BPS mengunakan metode yang sudah teruji dan berpatokan pada metode internasional.

"Itu sama sekali enggak benar. BPS punya undang-undang yang menunjukkan independensi mereka," ujar Bambang di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (31/8/2018).

Diketahui, BPS merupakan lembaga di bawah binaan Bappenas. Bambang pun membantah bahwa pemerintah mengintervensi BPS untuk mengeluarkan data tertentu.

Ia mengatakan, kredibilitas dari suatu lembaga statistik sangat tergantung pada independensinya.

"Sebagai pembinanya saya tidak pernah melakukan intervensi, menitip apa pun. Jadi sama sekali enggak benar," kata Bambang.

Bahkan, pemerintah baru mengetahui hasil penelitian BPS satu jam sebelum diumumkan kepada publik. Oleh karena itu, pemerintah mustahil bisa mengutak atik data tersebut.

Sebelumnya, Sandiaga menuding pemerintah ikut campur mengontrol data-data di BPS terkait kemisikinan dan pengangguran. Pengontrolan data itu, kata dia, membuat tingkat kemiskinan dan pengangguran seolah-olah turun, padahal berbeda dengan kenyataan di lapangan.

"Kalau saya melihat, tentunya wajar pemerintah menyampaikan pencapaian-pencapaiannya. Tentu dengan data yang mereka kontrol," kata Sandiaga.

Sandiaga juga mempertanyakan patokan garis kemiskinan yang ditetapkan, yakni Rp 401.220 per kapita per bulan, atau sekitar Rp 13.374 per hari.

"Apa realistis orang di zaman sekarang bisa hidup dengan Rp 13.000 per hari?" kata Sandiaga.

Adapun mengenai tingkat pengangguran yang menurun, Sandiaga juga menegaskan bahwa hitung-hitungan BPS masih mentah. BPS mencatat terjadi penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dari Februari 2017 sebesar 5,33 persen jadi 5,13 persen pada Februari 2018.

Namun Sandiaga menilai, BPS hanya mengukur tingkat pengangguran terbuka tanpa melihat kualitas pekerjaannya. Menurut Sandiaga, banyak anak muda lulusan diploma dan sarjana yang terpaksa bekerja tidak sesuai dengan bidang dan kemampuannya.

"Job-nya ada tetapi tak berkualitas," kata dia.

Sandiaga percaya data yang dimilikinya lebih terukur karena berdasarkan keluhan langsung dari masyarakat saat ia dan timnya berkunjung di berbagai daerah. Sandiaga pun berjanji akan memperbaiki keadaan ini apabila ia dan Prabowo Subianto berhasil memenangi Pilpres 2019.(kompas.com)



from Berita Heboh https://ift.tt/2PrdCme
via IFTTT
Share:

Merinding! Kisah Mencekam Mugiyanto Korban Penculikan 1998 Dekati Maut


Beritaterheboh.com - Tak pernah terbayangkan oleh Mugiyanto. Pilihan menghuni Rumah Susun Klender, Jakarta Timur, ternyata mengantarkannya pada pengalaman paling menakutkan dalam hidupnya. Sebuah kehidupan mendekati kematian.

Delapan belas tahun silam, 13 Maret 1998, sebelum pulang ke Rusun Klender, Mugiyanto menghubungi kawan satu kontrakannya melalui telepon umum di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat.

Nezar Patria menerima telepon itu. Mugi, sapaan Mugiyanto, lantas menitip pesan. “Nez, enggak usah beli makan, aku bawa HokBen dari teman Australia.”


Malam itu Mugi baru selesai mengikuti pertemuan dengan organisasi solidaritas untuk Timor Leste dari Australia di kawasan Menteng, Jakarta Pusat. Mugi saat itu diberi tanggung jawab oleh organisasinya, Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi (SMID), untuk mengurus bidang hubungan internasional. 

Dalam pertemuan di Menteng itu, Mugi ikut mengampanyekan demokratisasi di Indonesia. Dia juga menggalang dukungan atas upaya pembebasan sejumlah kawannya seperti Budiman Sudjatmiko dan Dita Indah Sari yang jadi tahanan politik Orde Baru pascaperistiwa Kerusuhan Dua Tujuh Juli 1996 (Kudatuli) pecah di markas Partai Demokrasi Indonesia di Jalan Diponegoro, di mana kantor yang dikuasai pendukung Megawati Soekarnoputri itu diserbu.
Baca juga:Pahit Kisah Dita Sari, Dipenjara & Dituduh Subversif Komunis
Kembali ke 13 Maret 1998, Mugi pulang ke Rusun Klender menumpang angkutan umum. Setibanya di rusun, dia segera naik ke lantai dua, tempat tinggalnya. Ibu-ibu mengobrol sambil duduk-duduk di tangga. Mereka menatap Mugi, kemudian bubar satu per satu.

Mugi mengetuk pintu, mengira Nezar dan Aan Rusdianto berada di dalam. Mereka semua aktivis SMID, organisasi afiliasi Partai Rakyat Demokratik yang dituding sebagai dalang peristiwa Kudatuli.

Ketukan Mugi tak mendapat jawaban. Dia ketuk lagi beberapa kali, pintu tak juga dibuka. Tetangga sebelahnya justru yang keluar. “Temannya sedang keluar, Mas. Sebentar lagi katanya akan balik,” kata perempuan itu kepada Mugi.

Beruntung Mugi membawa kunci cadangan di saku. Ia masuk, dan melihat ruangan berantakan. Laptop sudah tidak ada. Buku-buku dan barang cetakan lain yang biasa berserakan di lantai, raib. Mugi melihat gagang telepon pun tak diletakkan semestinya. Sementara di dapur, ada jeruk dalam plastik dan air di gelas yang masih hangat.
Baca juga:Kisah Aan, Batal Meneguk Jeruk Hangat karena Diculik di 1998
Tak ada perasaan curiga. Mugi mengira Nezar dan Aan pergi ke wartel. Mereka biasa mengakses internet melalui sambungan telepon sebagai modem. Itu cara Mugi dan kawan-kawan berkomunikasi jarak jauh. Internet kala itu belum seluas saat ini. 

“Nez, pulang! Aku sudah bawa makanan,” kata Mugi dalam pesan singkat yang dikirim melalui pager. Nezar tak kunjung membalas pesannya.

“Nezar, kamu di mana? Segera pulang!” kirimnya lagi. Tetap tak ada balasan. Mugi mulai merasa ada yang tidak beres.

“Saya mulai panik. Saya ada security instinct karena kami sedang dicari,” katanya. Mugi dan kawan-kawannya memang diburu aparat. 

Semula Mugi mengira rusun di Klender itu termasuk tempat yang aman untuk bersembunyi. “Tapi rupanya kerja intelijen luar biasa. Kami ketahuan di situ,” ujar Mugi saat ditemui CNNIndonesia.com di Cikini, Jakarta Pusat, pekan lalu.

Di tengah rasa panik, Mugi mengintip keluar jendela. Beberapa orang bertubuh tegap tampak berjaga di bawah rusun. Dia langsung menyimpan semua dokumen, paspor, dan buku harian dalam tas kecil. 

Mugi berniat melarikan diri. Dia ke dapur, berusaha kabur dengan cara melompat. Namun pikirnya kemudian, tak bisa lewat situ. Mugi kembali ke ruang depan, mencari jalan keluar.

Lima menit mondar-mandir dalam ruangan, Mugi kebingungan. Dia kembali menengok ke luar jendela, ternyata sudah banyak orang bertubuh kekar. Rusun telah dikepung. Mugi lemas. Dia merasa tak ada jalan keluar.

"Mereka melihat saya. Saya lemas. 'Mati aku,'" bisiknya.

Di balik pintu, Mugi mematikan lampu. Dia duduk di lantai, bersandar ke tembok sambil menundukkan kepala.

“Saya pikir, kalau mati, apapun yang terjadi, ya sudah,” ujar Mugi pasrah.

Lampu ia nyalakan kembali. Tak lama kemudian pintu digedor.

“Buka pintu! Buka pintu!” teriak orang dari luar.

Tak ada pilihan lain, Mugi membuka pintu. Sekitar 10 orang masuk ke kontrakan. Dua orang berseragam loreng, sisanya berpakaian sipil. Mereka langsung menangkap Mugi sementara sebagian lainnya mencari sesuatu di dalam kamar.

Seorang lelaki berkopiah meminta Mugi tenang. “Enggak apa-apa, Mas. Tenang saja ikuti Bapak-bapak ini.”

Mugi menyangka orang itu Ketua Rukun Tetangga setempat. Namun Mugi tak mengenalnya karena baru seminggu menempati rusun itu.

Di tengah penyergapan terhadap Mugi, tiba-tiba telepon kontrakan berdering. Di sana Mugi dan kawan-kawan memang memasang telepon tanpa kabel, Ratelindo. Mugi enggan menerima panggilan tersebut karena faktor keamanan. Namun orang-orang yang mengepungnya memaksa dia mengangkat telepon.

Telepon pun diangkat, ternyata dari seorang kawan. Mugi langsung menangis saat berbicara, berharap penelepon paham ada sesuatu yang tak beres. Komunikasi langsung terputus. 

Malam itu sekitar pukul 20.00, Mugi pun diseret keluar tanpa basa-basi. Dia tak sempat memerhatikan mobil yang mengangkutnya. Pikirannya kacau bukan main.

“Di kepala saya cuma kematian,” kata Mugi, mengenang.

Dalam kendaraan, Mugi duduk di pinggir, dekat pintu mobil. Di tengah perjalanan, dia sempat berpikir untuk membuka pintu dan melompat dari mobil. Namun niat itu ia urungkan.

“Enggak lompat, mati. Kalau lompat, mati. Ya sudah saya pasrah, ikuti saja. Apapun yang terjadi, terjadilah,” kata Mugi. 

Perebutan tawanan

Kendaraan berhenti di kantor Komando Rayon Militer Duren Sawit. Di tempat itu, Mugi diinterogasi tentara. Saat pemeriksaan berlangsung, datang seorang anak muda yang baru ditangkap. Dia duduk di sebelah kanan Mugi dan langsung diinterogasi.  

Pemuda itu bernama Jaka, mengaku tinggal di Cipinang, tak jauh dari kontrakan Mugi. Jaka marah kepada petugas karena tiba-tiba ditangkap. Dia mengaku tak tahu apa-apa.

Jaka berkata, “Saya harus dilepaskan. Kalau tidak, saya akan lapor ke keluarga saya pimpinan ABRI.” Jaka langsung ditendang.

Mugi saat itu berpikir, Jaka korban salah tangkap. Wajahnya mirip Petrus Bima Anugerah, kawan Mugi yang hilang. Jaka dan Mugi kemudian dibawa ke kantor Komando Distrik Militer Jakarta Timur. 

Jaka menggandeng Mugi sambil berkata, “Mugi, kamu aman, kita selamat. Kita pulang ke rumah saya.” Keduanya diangkut mobil Polisi Militer. Di Kodim, Jaka menghilang.

Mugi baru tahu setelah bebas, Jaka yang dia temui di Koramil ternyata anggota Tim Mawar Kopassus, Kapten Inf Jaka Budi Utama. Karier Jaka, setelah diadili di pengadilan militer, berlanjut. Jaka, menurut Mugi, bahkan mendapat promosi kenaikan pangkat.  

“Analisis saya, Jaka ini tampaknya orang Kopassus (Komando Pasukan Khusus) yang menyamarkan diri. Tujuannya merebut saya dari satuan yang lain,” kata Mugi. 

Saat penangkapan di rusun, ujar Mugi, memang terlihat banyak satuan yang terlibat. “Waktu itu seperti berlomba, berkompetisi mendapatkan kredit dari Soeharto, baik kubu Wiranto, Prabowo, dan lainnya.”

Di kantor Kodim, Mugi melihat dua orang perwira telah menunggu. Mereka meminta Mugi segera diturunkan. Perintah itu tak dipenuhi. 

“Kamu menghormati saya, enggak? Cepat turunkan mereka!” kata perwira itu dengan nada tinggi. Ternyata di sana terjadi perebutan tawanan. 

Mugi tak bisa mengindentifikasi mereka. Selain karena gelap, kematian selalu membayanginya. “Kalau ditangkap pada masa itu malam-malam, bayangan saya, sudah pasti saya dibunuh.”

Mata Mugi ditutup kain, bajunya dilucuti. Dia diantar lagi ke tempat lain. Perjalanan ditempuh selama satu jam. Begitu berhenti, Mugi tak mengenali tempat asing itu. Dia langsung diinterogasi di ruangan yang sangat dingin. Tangan dan kakinya diikat. Mata ditutup. Mugi hanya mengenakan celana dalam.  

Belakangan berdasarkan penyelidikan Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (KontraS), Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), dan Pusat Polisi Militer (Puspom), tempat itu diketahui sebagai markas Kopassus di Cijantung, Jakarta Timur.

“Mereka yang melakukan penculikan,” kata Mugi. 

Hidup di tangan interogator

Wung… wung… wung... Bunyi sirene meneror Mugi. Pertanda interogasi disertai penyiksaan akan dimulai. “Setiap mau disiksa, sirene selalu dibunyikan. Kalau sirene sudah dibunyikan, kami semua menjerit.”

Mugi ditanya seputar aktivitas dan organisasinya, alasan tuntutan turunkan Soeharto, pencabutan Dwifungsi ABRI, sistem multipartai, dan sebagainya. Dia juga ditanya hubungan kelompoknya dengan Megawati Soekarnoputri, Abdurrahman Wahid, dan tokoh lain. Interogator juga menanyakan bagaimana cara mengatasi krisis. 

“Begitu mereka enggak suka dengan jawaban saya, saya langsung dihajar, disiksa, setelah sebelumnya mendapat pukulan,” kata pemuda 25 tahun itu. 

Mugi mendengar suara seperti cambuk. Ctar… ctar… ctar… Bunyi itu ternyata berasal dari alat setrum yang dipakai untuk menyiksanya. Mugi kerap disetrum di bagian kaki. Alumnus Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada Yogyakarta angkatan 1992 itu menjawab pertanyaan sebisanya. 

Interogator juga menanyakan sejumlah kawan Mugi yang masih dalam pencarian seperti Ketua SMID Andi Arief dan penyair Wiji Thukul. Meski tahu di mana Andi Arief, Mugi tak memberi pentunjuk. Baginya, yang paling berat adalah melindungi kawan yang masih bebas.

“Batas antara mengompromikan ketahanan saya menghadapi rasa sakit dengan tujuan saya melindungi kawan supaya tidak ditangkap seperti saya, itu paling berat,” kata Mugi.

Para penyekap tak percaya begitu saja kepada Mugi. Siksaan dan ancaman kian digencarkan. Mereka bisa melakukan apa saja, termasuk membunuh Mugi kapanpun.

“Mereka sangat powerful. Hidup saya di tangan mereka,” kata Mugi.

“Mugi, kamu enggak bisa bohong. Hidupmu ada di tangan kami. Kami bisa bunuh kamu sekarang juga,” kata pria misterius itu. Mugi tak mengenali orang-orang yang menginterogasi dia karena matanya selalu ditutup.

Di sela penyiksaan, Mugi mendengar ada dua orang yang juga disiksa. Jaraknya sekitar lima meter di kanan dan kirinya. Orang itu menjerit-jerit kesakitan. Suaranya tak asing. Mugi sadar itu jeritan Nezar dan Aan. Sebelum Mugi ditangkap, Nezar dan Aan rupanya telah dijemput paksa lebih dulu.
Baca juga:Lepas 18 Tahun dari Penculikan, Nezar Masih Digayuti Tanya
Yang menyakitkan lagi, kata Mugi, ialah ketika mendengar kawannya disiksa. “Saya merasa paling sakit ketika Nezar teriak-teriak, ‘Aduh.. aduh...’”

Meski tak melihat langsung, jeritan dan suara penyiksaan terhadap kawannya amat mengiris hati Mugi. 

“Saya juga disetrum, dihajar. Muka saya hancur, bibir dan mulut saya enggak bisa makan,” kata Mugi sembari menunjukkan bekas luka di pergelangan tangannya akibat penyiksaan 18 tahun lalu itu.

Selama dua hari dua malam, Mugi-Nezar-Aan berada di ruangan yang sama, disekap, diinterogasi, dan disiksa. Setelah itu, mereka dibawa ke kantor Kodam Jaya, Cawang. Dari sana, mereka diantar ke Polda Metro Jaya, 15 Maret 1998. Mereka bertiga dijerat Undang-Undang Anti Subversi.  

Penutup mata Mugi, Nezar, dan Aan mulai dibuka. Mereka disuruh pakai baju kemudian masuk ke sel isolasi. Satu sel diisi satu orang. Padahal ukuran sel itu cukup besar. Ketiganya dilarang berkomunikasi. Mugi di sel nomor 11, Nezar mengisi sel nomor 9, sedangkan Aan di sel nomor 6.

Menangis di hadapan ayah

Pukul 09.00 pagi di akhir Maret 1998, Mugi menerima kunjungan. Seorang petugas menghampirinya. “Mugi, ada yang besuk kamu, temui saja.”

Mugi penasaran, siapa orang yang berani membesuknya. Selama dua minggu ditahan, tak pernah ada yang mengunjunginya, termasuk kawan sendiri.

Mugi keluar sel, membuka pintu, dan berjalan menuju lorong. Di koridor panjang, Mugi melihat pria tua di kejauhan. Ternyata pria itu bapaknya yang datang dari Jepara, Jawa Tengah. Dia datang bersama sang kakak. Mugi langsung menangis.  

Dia dan ayahnya diberi kesempatan bertemu selama 30 menit. “Saya enggak bisa ngomong sama sekali, sepatah kata pun. Saya hanya bisa menangis,” kata Mugi. Pertemuan itu begitu emosional bagi Mugi. 

Mugi tak henti menangis karena merasa bersalah. “Bukan merasa bersalah karena melawan Orde Baru, tapi karena gara-gara saya, bapak jadi repot,” kata Mugi. 

Mereka duduk di ruang petemuan. Namun hanya sang bapak yang berbicara. “Sudah, tidak apa-apa, dihadapi saja. Jangan khawatir, ibumu baik-baik saja. Kamu berdoa saja,” kata ayah Mugi dalam Bahasa Jawa.

Mugi tetap tak sanggup berbicara. Dia terus menangis.

Selama sebulan pertama dalam tahanan, Mugi tak melakukan apapun di sel isolasi. Beberapa kali dia dibon atau dipinjam oleh kesatuan lain.

“Menakutkan sekali yang namanya dibon itu,” katanya. Namun pemeriksaan tak disertai penyiksaan seperti sebelumnya.

Mugi masih trauma. Orang-orang yang menculiknya bisa kapanpun mengambilnya lagi. Mugi ketakutan setiap malam dan sulit tidur. “Bayangan saya, ada orang yang tiba-tiba datang, membawa saya, membunuh saya.”

Bulan April, gelombang demonstrasi mulai muncul. Sebelah kanan sel Mugi kedatangan seratus orang pendukung Megawati. Mereka ditahan karena terlibat aksi menuntut penurunan harga. Ratusan orang tahanan itu relatif leluasa keluar-masuk sel. Salah satu yang ditahan adalah Guan Li, kawan Mugi. 

Suplai koran lantas mengalir dari kawannya. Dari situ Mugi memperoleh berita tentang situasi di luar. “Kami senang sekali karena demonstrasi di kota-kota besar sudah mulai terjadi,” kata dia. 
Baca juga:18 Mei, Mahasiswa Duduki Parlemen di Bawah Kokangan Senjata
Saat itu Nezar mulai membesarkan hati kawan-kawannya. Mugi yang masih trauma, perlahan bangkit. Setiap pagi mereka saling berteriak. 

“Mugi, Aan, apa kabar?” teriak Nezar dari dalam selnya.

“Baik, Nez,” sahut Mugi. 

“Jangan khawatir, sebentar lagi kita bebas,” kata Nezar.

“Kenapa, Nez?” tanya Mugi.

“Ini mahasiswa sudah mulai demonstrasi di seluruh kota,” pekik Nezar.

Sahut-menyahut itu ternyata mampu membangkitkan semangat Mugi. Sebelumnya Mugi selalu dibayangi ketakutan dan beban hukuman yang bakal ia terima.

“Ketakutan itu terobati ketika membaca koran. Mahasiswa demonstrasi di mana-mana,” ujar Mugi. 

Memasuki Mei, keadaan di luar kian mencekam. Kerusuhan, penjarahan, dan pemerkosaan marak terjadi menyusul penembakan terhadap empat mahasiswa Trisakti. Semua informasi itu didengar Mugi dari televisi.
Baca juga:Trisakti, Korban Tragedi Mei 1998 yang Bergerak Belakangan
Teriakan para demonstran terdengar dari balik penjara. Sejak ratusan orang dijebloskan ke dalam sel, Mugi tak lagi diisolasi. Dia dicampur dengan tahanan politik dan kriminal.

“Selama di sel, para kriminal respek ke kami, nyaman,” kata Mugi.

Pada 21 Mei, Soeharto menyatakan berhenti dari jabatannya sebagai Presiden RI. Kabar itu terdengar sampai ke dalam penjara. Mugi dan kawan-kawannya meluapkan kegembiraan. Mereka berteriak-teriak, bernyanyi lagu-lagu pergerakan. 

“Keyakinan kami terbukti, pada akhirnya Soeharto tumbang,” kata dia.

Petugas polisi mendatangi Mugi. Ia diberi selamat. Menu makanan yang diberikan berubah istimewa. Biasanya makan di piring kecil berisi nasi berkuah kangkung dan berlauk tempe goreng, sejak Soeharto lengser diganti menjadi nasi Padang. 

“Nanti kalau jadi pejabat, jangan lupa kami ya,” ujar Mugi menirukan ucapan sipir.

Ketika Habibie menjabat sebagai Presiden, UU Anti Subversi dicabut. Pengacara Mugi dan kawan-kawan mengupayakan pembebasan. Pada 6 Juni 1998, Mugi dibebaskan. Delapan kawannya yang lain juga dibebaskan. Namun 13 orang masih hilang hingga kini. 

Di luar penjara

Begitu keluar penjara, Mugi menginap di rumah aktivis HAM Munir. Mugi masih trauma. Semua orang seperti mengawasinya. Mugi lantas pulang kampung untuk melepas trauma.

Dua bulan kemudian, Mugi kembali ke KontraS dan diminta melakukan kampanye internasional ke Perserikatan Bangsa-Bangsa. “Melaporkan kasus orang hilang ke PBB, karena kasus penghilangan orang secara paksa masuk dalam pelanggaran berat HAM.” 

Dua tahun berikutnya, Mugi terjun ke dunia pers. Dia menjadi koresponden stasiun televisi Belanda, NOS, dan kerap meliput persoalan politik. Beberapa tokoh politik dia wawancarai.

“Stres saya melihat politisi-politisi ini. Bajingan semua. Jadi makan hati,” kata Mugi. 

Selain meliput bidang politik, Mugi memberitakan masalah hak asasi. Dia menemui orang-orang yang pernah berjuang dengannya seperi Munir, Sipon istri Wiji Thukul, dan Dionysius Utomo Rahardjo –ayah Petrus Bima yang masih hilang.

“Itu bikin saya stres juga,” kata Mugi. 

Di sisi lain, KontraS memiliki segudang pekerjaan. Kasus-kasus orang hilang terbengkalai karena mereka kerepotan. Mugi merasa iba dengan perjuangan keluarga korban pelanggaran HAM.  

“Saya secara personal seperti memiliki tanggung jawab moral untuk bersama keluarga korban, menuntut anak mereka dikembalikan. Saya enggak bisa kalau tidak bersama mereka,” ujarnya.
Baca jugaPedih Hati Adnan Aktivis 98: Kawan Hilang, Reformasi Dibajak
Sebagai orang yang terbebas dari kasus penculikan aktivis, Mugi merasa terpanggil membantu pendampingan keluarga korban. Dia bicara dengan Kontras, berniat menghidupkan Ikatan Keluarga Orang Hilang Indonesia (IKOHI). 

IKOHI yang dideklarasikan pada 1998 tak berjalan maksimal. Mugi melakukan konsolidasi ulang. Pada kongres pertama, Oktober 2002, Mugi terpilih menjadi ketua. 

Jabatan baru tersebut bukan pilihan mudah bagi Mugi. Dia rela melepas gaji yang cukup dari pekerjaannya di stasiun televisi Belanda demi berjuang dengan keluarga korban orang hilang.

“Di TV Belanda, saya punya gaji bagus, tiba-tiba saya memilih ke IKOHI. Berdebat sama istri, bagaimana nanti anak kami,” ujarnya. Kala itu Mugi harus menghidupi istri dan seorang anak.

Beruntung sang istri memahami itikad Mugi. Awalnya mereka mengalami kesulitan ekonomi. Sang istri berjualan buku ke acara-acara seminar. Mugi juga mendirikan toko buku bernama Populi Agency, menjual buku-buku bacaan alternatif.

“Istri saya yang menjual buku ke seminar-seminar, sambil gendong anak saya yang umurnya tiga bulan. Walau kami punya toko tapi penjualannya tidak bagus. Bagusnya (dijual) di tempat seminar,” kata Mugi.

Selain menjabat Ketua IKOHI, Mugi kemudian juga dipercaya menjadi Ketua AFAD, sebuah federasi organisasi keluarga orang hilang di kawasan Asia. Di federasi itu, Mugi melakukan advokasi di tingkat internasional. 

Selama terlibat advokasi, Mugi menilai kasus penghilangan paksa sebagai kasus yang paling maju penyelidikannya. Sesuai UU Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM, kasus ini sudah disidik oleh Kejaksaan Agung untuk dibawa ke Pengadilan HAM Ad Hoc.

DPR juga telah memberikan rekomendasi kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 2009. Tapi pembentukan Pengadilan HAM yang tinggal selangkah itu tak mendapat persetujuan dari Presiden.

Sementara kasus yang lain seperti Tragedi 1965, berhenti di Kejaksaan Agung.

“Kalau mau, Jokowi tinggal membentuk Perpres kayak zaman Gus Dur dulu bikin Pengadilan HAM Ad Hoc untuk kasus Tanjung Priok dan Timor Timur,” kata Mugi. 

Namun baginya, keadilan bukan semata di pengadilan. Menurutnya, putusan pengadilan bisa juga tidak adil. Keadilan yang dicari ialah pemenuhan hak-hak korban yang meliputi pengadilan, kebenaran, pemulihan, dan jaminan ketidakberulangan. 

Saat ini Mugi secara khusus mengadvokasi kasus penghilangan paksa dalam kebijakan pemerintah. PBB telah mengesahkan konvensi internasional antipenghilangan paksa, tapi Indonesia belum meratifikasinya. Dalam konvensi itu diatur upaya pencegahan penculikan.

Dua tahun lalu, Mugi sempat melepas jabatannya dan beristirahat untuk mengurusi anak keduanya yang baru lahir. Setahun kemudian, Mugi ditawari bekerja di International NGO Forum on Indonesian Development (INFID). Di tempat itu, dia mengurusi bidang HAM dan demokrasi hingga saat ini.

Aktivitas Mugi bersama keluarga orang hilang menarik perhatian anaknya, Binar Mentari Malahayati. Gadis itu bangga punya ayah pernah dipenjara.

Mugi lantas menirukan ucapan anak gadisnya itu. “Ayahku pernah dipenjara, tapi dia bukan orang jahat.”(CNNIndonesia.com)

from Berita Heboh https://ift.tt/2LJI1K1
via IFTTT
Share:

Ketua FPI & Ketua FJI Jogja Didatangi Polisi Gara-gara Namanya Dicatut Broadcast Aksi #2019GantiPresiden. Ini Video Klarifikasinya!


Beritaterheboh.com - Beredar pesan berantai di media sosial terkait rencana aksi #2019GantiPresiden di Yogyakarta. Berdasarkan broadcast tersebut rencananya massa akan berkumpul di titik nol kilometer Yogyakarta pada Minggu (2/9) malam.

Sedangkan di broadcast tersebut tertera sejumlah organisasi yang akan turut serta. Di antaranya FJI Jogja, GPK Jogja, FPI Jogja, GNCP Jogja, Presidium Jogja Tagih Janji, Garda Pemuda Pagar Bangsa, Ketua Alumni 212 Jogja, dan Koord KNP-GP Jogja.

Menanggapi broadcast tersebut, Komandan DPP Front Jihad Islam (FJI) Abdurrahman menyebut bahwa nama organisasi yang dipimpinnya dicatut. Dia menegaskan FJI tidak terlibat, dan tidak tahu menahu terkait rencana aksi tersebut.


"Itu selama ini, sampai detik ini dari panitia belum menghubungi kita, dan itu benar apa nggaknya kita juga nggak tahu. Itu kita tidak terlibat, dan namanya dicatut itu. Benar apa nggaknya kita juga nggak tahu," katanya saat dihubungi, Jumat (31/8/2018).


Menurutnya, hingga saat ini belum ada panitia yang menghubunginya untuk membicarakan rencana aksi tersebut. Sementara Abdurrahman juga kesulitan berkomunikasi dengan penyelenggara acara tersebut, karena tidak ada kontak person yang bisa dihubungi.

"Ini kan undangannya berbentuk broadcast, dan kita mengkonfirmasi ke mana kita juga nggak tahu. Ya kita sempat komunikasi (dengan ormas lain), ya sama-sama bingung juga ini yang mengadakan siapa, (yang dicatut) ada GPK, pakai FPI, pakai FJI," ucapnya.


Abdurrahman menuturkan, setelah broadcast menyebar luas petugas Polda DIY mendatangi kediamannya beberapa waktu lalu. Kedatangan aparat untuk mengonfirmasi kebenaran rencana aksi #2019GantiPresiden yang mencantumkan nama FJI.

"Dari Polda (DIY) sudah datang ke sini, sudah mengklarifikasi, dan kita sudah menyebar video untuk mengklarifikasi kegiatan itu. Bahwa itu (aksi #2019GantiPresiden) kita sampaikan bahwa besok itu hoax," tegasnya.

"Ya sebenarnya (FJI) merasa dirugikan, tapi kita mau mengarahkan (protes) ke siapa kita juga nggak tahu kan, dan itu kan modelnya berbentuk broadcast, dan tidak ada kontak personnya," pungkas dia.
(sip/sip/detik.com)


Berikut videonya klarifikasi dari Ketua FPI Jogja dan Ketua FJI Jogja

. .


from Berita Heboh https://ift.tt/2MJ9lxu
via IFTTT
Share:

Jreng Jreng Jreng, Provokator Yang Sebut Idiot Ini Akhirnya Dilaporkan Masyarakat Surabaya Ke Polda Jatim


Beritaterheboh.com - Aksi #2019GantiPresiden pada Minggu (26/8/2018) lalu masih berbuntut pada permasalahan hukum.

Pasalnya, pada Kamis (30/8/2018) sore kemarin, politikus dari Partai Gerindra, Ahmad Dhani Prasetyo dilaporkan ke Polda Jatim.

Dhani yang juga aktivis gerakan #2019GantiPresiden itu dinilai telah melecehkan massa Koalisi Elemen Bela (KEB) NKRI.


 Sebab, dengan melontarkan kalimat peserta demo idiot saat di Hotel Majapahit pada, Minggu (26/8), membawa Dhani harus berurusan dengan jalur hukum.

Ternyata, laporan resmi itu telah dilakukan Ketua KEB-NKRI, Edi Firmanto pada Kamis (30/8/0281) kemarin.

Edi menjelaskan, laporan itu merupakan puncak dari tuntutan permintaan maaf yang tak kunjung disampaikan Dhani pada peserta aksi.

"Akhirnya, ya (Dhani) harus kami laporkan," beber Edi, saat dikonfirmasi TribunJatim.com melalui telepon selueler, Jumat (31/8/2018) siang.

Edi menambahkan, dalam pelaporannya ke Sentra Pelayana Kepolisian Terpadu (SPKT) Polda Jawa Timur pada Kamis (30/8/2018), kemudian ia bersama beberapa orang perwakilan dari Koalisi Elemen Bela NKRI diarahkan ke Subdit Cyber Ditreskrimsus Polda Jatim.

"Tidak ada itikad baik dari Dhani, padahal kami telah berupaya baik-baik," sambungnya.

Kata Edi, maksud aksi dari Koalisi Elemen Bela NKRI di depan Hotel Majapahit-tempat menginap Ahmad Dhani hanya meminta Dhani menemui massa.

Ketika itu, Edi berharap Dhani menyampaikan permohonan maaf sampai meninggalkan kota pahlawan.

Sayangnya, tak ada respon sama sekali.

Ketika itu, hanya ditemui pihak manajemen Hotel Majapahit yang difasilitasi oleh kepolisian.

"Kami menganggap (gerakan #2019GantiPresiden) adalah perbuatan memecah belah umat, oleh karena itu kami meminta Dhani untuk menyampaikan permohonan maaf serta meninggalkan Surabaya," tandasnya.

Ketua KEB-NKRI, Edi Firmanto bersama sejumlah rekannya melaporkan politikus dari Partai Gerindra, Ahmad Dhani Prasetyo ke Polda Jatim pada Kamis (30/8/2018).

Edi mengatakan, pihaknya kecewa lantaran Dhani tak mau keluar dan malah nge-vlog saat aksi #2019GantiPresiden di Surabaya pada Minggu (26/8/2018) lalu.

Dalam vlognya itu, lanjut Edi, intinya Dhani mengatakan massa yang demo di depan Hotel Majapahit adalah idiot.

Menurutnya, kata idiot itu akhirya berbuntut pada pelaporan dari kelompok Koalisi Elemen Bela NKRI ke Polda Jatim.

"Orang-orang di depan hotel, termasuk saya dikatakan idiot, saya saat itu berada di depan hotel," tegas Edi sast dikonfirmasi TribunJatim.com melalui telepon seluler, Jumat (31/8/2018).

Edi mengimbuhkan, pihaknya pun telah berupaya menemui Dhani.

Kata Edi, ketika itu Edi dan pihaknya meminta Dhani agar meminta maaf.

Bahkan, saat punggawa Dewa19 itu berpindah ke Hotel Elmi Surabaya, Edi dan koalisinya juga telah meminta Dhani untuk bertemu serta menyampaikan permohonan maaf.

Menurutnya, bila saja saat itu Dhani mau menemui dan meminta maaf, otomatis permasalahan rampung.

"Ngakune arek Suroboyo, tapi kelakukane koyok ngono (mengakunya orang surabaya, tapi kelakuannya seperti itu," tandasnya.

Edi pun mengaku naik pitam hingga sempat ngajak Dhani duel.

Sayangnya, hal itu tak mendapatkan respon dari Dhani.

Namun, lanjut Edi, lantaran dinilai tak ada itikad baik dari Dhani, Koalisi Elemen Bela NKRI akhirnya melaporkan ke SPKT Polda Jatim.

"Kami telah mengultimatum (Dhani) dalam 1 x 24 jam, ternyata lebih dari 1 x 24 jam, tidak juga menemui kami," bebernya.

Hingga akhirnya, Edi menyerahkan kasus pelecehan itu pada kepolisian.

Usai pelaporan itu, Edi mengaku pihaknya akan mengawal terus penanganan kasus yang dilaporkannya.

Sebab, usai melaporkan Dhani ke Subdit Cyber Ditreskrimsus Polda Jatim, Edi menjelaskan, sebenarnya ia melaporkan tiga orang.

Sayangnya, hanya satu orang, yakni Ahmad Dhani saja yang diterima dalam laporam itu dan terbitlah Laporan Polisi tersebut.

sumber: tribunnews.com

from Berita Heboh https://ift.tt/2PqZRnz
via IFTTT
Share:

MIRIS BANGET!! Tak Diberi Izin Kantor Untuk Bela Negara Tampil di Asian Games 2018, Yudha pun Pilih Resign

Beritaterheboh.com - Yudha Tri Aditya memilih untuk berhenti bekerja demi Asian Games 2018. Dia tak mau melewatkan kesempatan membela negara, juga memenuhi harapan almarhum bapak.

Yudha merupakan atlet senam trampolin, yang bersama Sindhu Aji Kurnia, menjadi wakil Indonesia di nomor tersebut pada Asian Games 2018. Dia dulu merupakan mantan pesenam artistik gymnastik, namun kemudian berhenti setelah gagal di Pekan Olahraga Nasional 2016 karena cedera.



Pria 28 tahun itu kemudian lanjut bekerja di salah satu taman bermain yang ada di Bandung. Di sana, Yudha bekerja sebagai badut, pemain sirkus, dan juga penjaga wahana.

 Dari pekerjaannya itu pula, Yudha belajar senam trampolin memanfaatkan wahana yang ada. Dia belajar secara otodidak dengan mengandalkan tutorial video di Youtube.

Pada prosesnya Yudha mulai berkembang dalam senam trampolin. Dia akhirnya masuk pelatnas trampolin untuk tanding di Asian Games 2018 setelah merebut medali emas dan perak dalam perlombaan di Houbii.

Akan tetapi, jalan menuju Asian Games 2018 punya risiko besar untuknya. Manajer tempatnya bekerja tak memberi izin untuknya tampil di ajang bersejarah ini, Yudha pun memilih keluar dari pekerjaannya. 



Keberanian Yudha meninggalkan pekerjaannya tak terlepas dari memorinya bersama almarhum sang ayah, semasa masih kecil.
"Keluarga setuju-setuju aja aku jadi badut, apalagi aku ini tulang punggung keluarga," kata Yudha saat mengingat perjalanannya yang berat sambil meneteskan air mata.

"Aku tidak dapat izin di tempat kerja itu, sampai akhirnya dia (manajer) memberi pilihan mau pekerjaan atau Asian Games. Dia bilang kerjaan tiap bulan ada (gaji) dan reguler juga ada, sedangkan Asian Games cuma sementara. Terus dia bilang Asian Games tidak penting juga," sambungnya.

"Aku kecewa dengan omongan manajer. Gila, dia bilang Asian Games tidak penting. Itu padahal ajang yang tidak mudah. Akhirnya aku ambil keputusan ikut Asian Games demi mimpi almarhum bapak aku."

"Waktu tahun 1993 ada pembukaan olahraga gitu, aku digendong bapak nonton pembukaan. Masih ingat betul aku omongannya. Bapak bilang kapan ya anakku bisa bela kota, apalagi sampai bisa bela negara."



"Waktu pembukaan Asian Games aku langsung merasakan bahwa mimpi itu terjadi. Tapi, aku di saat itu juga merasakan lagi kehilangan bapak."

Selepas tampil di Asian Games, Yudha belum tahu mau akan bekerja di mana lagi. Saat ini dia cuma mengisi hari-hari dengan melatih pesenam trampolin di Houbii dengan bayaran tak pasti.



(detik.com)

from Berita Heboh https://ift.tt/2LHUDBn
via IFTTT
Share:

Bawaslu Loloskan Eks Koruptor Ini Jadi Caleg DPRD DKI, Jangan Senang Dulu M.Taufik. Wiranto Akan Lakukan Ini


Beritaterheboh.com - Bawaslu kembali meloloskan gugatan mantan napi korupsi menjadi bakal caleg di Pemilu 2019.

Kali ini bakal caleg DPRD DKI M Taufik asal Gerindra yang semula dicoret KPU karena eks koruptor, namun diloloskan Bawaslu DKI.

Keputusan Bawaslu itu tercapai dalam sidang adjudikasi hari ini.


 Taufik menggugat ke Bawaslu karena dicoret KPU sebagai bacaleg karena pernah jadi napi korupsi saat menjadi ketua KPU DKI tahun 2004.

Bawaslu mengabulkan semua permohonan Taufik itu.

“Memutuskan, satu, menerima permohonan termohon seluruhnya. Dua, menyatakan bakal calon anggota DPRD DKI Jakarta Dapil 3 nomor urut 1 dari Partai Gerindra, M Taufik memenuhi syarat verifikasi dalam pileg tahun 2019 oleh KPU Provinsi DKI Jakarta,” ucap ketua majelis hakim sidang adjudikasi sengketa, Fuadi, di Bawaslu DKI, Sunter, Jakarta Utara, Jumat (31/8/18).

Dalam putusan itu, Bawaslu DKI juga memerintahkan KPU DKI melaksanakan putusan tersebut, yaitu memasukkan kembali Taufik sebagai bakal caleg dan ditetapkan dalam Daftar Caleg Tetap (DCT).

Putusan tersebut juga dihasilkan setelah pemeriksaan Bawaslu berdasarkan pandangan ahli dan tinjauan undang-undang tentang hak seseorang dalam pemilu.

Peraturan KPU yang melarang eks koruptor nyaleg dinilai berbenturan dengan UU Pemilu.

“Juga bertentangan dengan putusan Mahkamah Konstitusi nomor 42/UU 13/ 2015 dan putusan Mahkamah Konstitusi nomor 51/PU15/2016 yang pada pokoknya memberi kesempatan yang sama bagi mantan terpidana untuk ikut dan terlibat dalam memilih dan dipilih sebagai syarat-syarat yang telah ditentukan,” ucap Fuadi.

Sebelumnya, dalam berita acara verifikasi KPU, M Taufik dapat diloloskan menjadi peserta pemilu legislatif akibat pernah terjerat kasus korupsi pengadaan alat peraga kampanye pada pemilu tahun 2004 dan merugikan uang negara sebesar Rp 488 juta rupiah.

M Taufik menjalani hukuman 18 bulan penjara atas perbuatanya tersebut. 


Wiranto Akan Panggil Bawaslu yang Loloskan Eks Koruptor Nyaleg


Sejumlah Bawaslu daerah meloloskan eks koruptor nyaleg, termasuk M Taufik yang kembali maju di DPRD DKI. Menko Polhukam Wiranto mengatakan dia akan memanggil Bawaslu RI untuk meminta penjelasan.

"Dilihat dulu lah. Nanti dengan lembaga terkait saya panggil atau undang untuk kita rapatkan bersama, semangatnya bersama," kata Wiranto di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Jumat (31/8/2018).

Wiranto mengatakan, pemanggilan itu bertujuan untuk meminta penjelasan. Agar lembaga tidak membuat bingung masyarakat.


"Tidak setiap lembaga berbeda pendapat, masyarakat jadi bingung. Oleh karena itu, nanti tentu saya koordinasikan. Namanya menteri koordinator, koordinasikan pandangannya bagaimana, maksudnya bagaimana, kalau ada perubahan apa sih alasannya?" ucap Wiranto.


Wiranto menambahkan, semangat antikorupsi sudah menjadi bagian dari pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla. Semangat inilah yang harus terus dijaga.

"Tentu semangat antikorupsi sudah menjadi bagian pemerintahan Pak Jokowi sejak dulu. Oleh karena itu, nafas ini jaganya bagaimana, nanti satu koordinasi sehingga satu suara," sebut dia. 

Wiranto mengatakan, pemanggilan itu akan segera dilakukan. Namun dia membantah jika pemanggilan itu disebut sebagai bentuk teguran ke Bawaslu.

"Jangan macam-macam lah (bukan teguran-red). Negara ini aman-aman damai. Sudah bagus kan? Kemarin pilkada serentak sudah aman. Asian Games Insyaallah aman, tinggal menuju ke IMF Meeting, World Bank Meeting insyaallah aman. Kalau aman kan bagus," jelas Wiranto.

Seperti diketahui, ada 3 mantan narapidana korupsi yang diloloskan Panwaslu atau Bawaslu menjadi bakal caleg DPRD dan bakal calon anggota DPD, yaitu dari daerah Kabupaten Toraja Utara, Sulawesi Utara, dan Aceh. Kemudian, jumlah itu bertambah 2 dari Parepare dan Rembang. Kelima mantan narapidana korupsi ini lolos karena keputusan Bawaslu yang menyatakan pendaftarannya memenuhi syarat.


Terakhir, M Taufik yang merupakan Ketua DPD Gerindra DKI juga diloloskan untuk nyaleg atas keputusan Bawaslu. Keputusan-keputusan Bawasli itu pun menjadi kontroversi.

"Keputusan Bawaslu meloloskan caleg yang sebelumnya sudah dinyatakan TMS (tidak memenuhi syarat) oleh KPU karena bertentangan dengan PKPU Nomor 20 Tahun 2018 sangat memprihatinkan," ucap peneliti Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) Lucius Karus.

Lucius mempertanyakan sikap Bawaslu yang mengabaikan PKPU tersebut, meski keputusannya mengacu pada Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu. Namun, bagi Lucius, pertimbangan akal sehat dan moralitas seharusnya juga dikedepankan Bawaslu.

"Bawaslu terkesan justru ingin tampil bak pahlawan kesiangan untuk para koruptor. Mereka seolah-olah tak peduli pada PKPU yang resmi, padahal mereka sudah diajak bermufakat dalam forum konsultasi bersama DPR dan pemerintah," tambah Lucius. 
(jor/elz/detik)


from Berita Heboh https://ift.tt/2C3nAYT
via IFTTT
Share:

Arsip Blog

Definition List

Unordered List

Support