Please Enable JavaScript!
Mohon Aktifkan Javascript![ Enable JavaScript ]

Thursday, October 11, 2018

Sebut Prabowo Orang Asia Tenggara Pertama yang Taklukkan Everest, Mardani Ali Dipermalukan Netizen


Beritaterheboh.com - Tim pemenangan pasangan nomor urut 01, Arsul Sani memberikan penjelasan terkait rekam jejak calon presiden (capres) yang diusungnya, Joko Widodo (Jokowi) dan Maruf Amin.

Selain Arsul Sani, Mardani Ali Sera selaku Wakil Ketua Badan Pemenangan Nasional Prabowo Subianto-Sandiaga Uno Mardani Ali Sera juga turut memberikan pernyataan terkait rekam jejak pasangan capres nomor urut 02.

Hal ini mereka katakan saat menjadi narasumber di acara Mata Najwa, Trans7, Rabu (10/10/2018).

Mardani mengatakan prestasi Prabowo yang telah membuktikan kualitasnya menaklukkan puncak gunung tertinggi Mount Everest.

"Prabowo sudah membuktikan kualitasnya, 26 April 1997 ketika tidak ada satu orang pun dari Asia Tenggara yang mampu menaklukan Everest, Prabowo dengan tim Kopassusnya mampu menaklukkan gunung tertinggi di dunia, itu ciri kepemimpinan utama, Prabowo punya kemampuan membereskan banyak hal," ujar Mardani.

Menanggapi pernyataan dari Mardani Ali Sera, Arsul Sani mengatakan jika dalam konstestasi pemilihan presiden (pilpres) bukan terkait mencari pendaki gunung yang terbaik.

"Tadi Bang Arsul Sani mengatakan rekam jejaknya Pak Jokowi ini karir dari bawah Walikota, Gubernur, dan Presiden, tadi dikatakan rekam jejaknya Pak Prabowo untuk menaklukkan Everest."

"Mana yang lebih relevan, mana yang lebih bisa meyakinkan anda bahwa ini adalah rekam jejak yang di perlukan," ujar Najwa Shihab selaku pembawa acara.


Najwa pun mempersilahkan Arsul untuk menjawab penyataan dari Mardani terkait rekam jejak Prabowo.



Video cuplikan kampanye Mardani ini diunggah akun @D4Ni3L_Pu dan menjadi pergunjingan warganet
. .
. .
. .
. .
. .
. .

Lalu bagaimana faktanya?
  Negara di Asia Tenggara saat itu (tahun 1997), belum ada yang berhasil menaklukkan Everest. Bahkan saat keberangkatan Ekspedisi Merah Putih 1997 diduga karena rencana Malaysia yang saat itu akan memberangkatkan timnya. Negara yang bisa di Puncak Kaki Langit memiliki gengsi tersendiri.


Saat itu, ada 16 orang yang terdiri dari 10 orang dari Kopassus dan 6 orang sipil yang mendapat tugas menaklukkan puncak Everest. Misi mereka adalah menunjukkan kepada dunia, kalau Indonesia sejajar dengan nagara lain di dunia.

Pada 26 April 1997, ketiga pendaki meninggalkan Camp IV di South Col dengan ketinggian 7.980 M yang bersuhu minus 30 derajat celcius. Mereka mulai menyusuri menuju puncak Everest di 8.848 M.


Sejak memasuki ketinggian 7.000 meter, Asmuji mengaku sudah tidak ada nafsu makan lagi. Tetapi tubuhnya butuh energi untuk sumber tenaga.

Suhu di bawah minus 30 derajat, saat membawa daging sudah tidak bisa dipotong, bahkan telur menjadi keras. Air mendidih bisa langsung diminum, bahkan buang air kecil langsung berubah menjadi es.

"Saya tiga hari tiga malam sudah tidak bisa makan. Kita semula sudah dipersiapkan emergency camp. Indonesia hanya dianggap akan mampu di Camp 3 di ketinggian 7.300 meter saja," katanya.

Perlu diketahui Camp I berada di 6.100 M, Camp II di 6.500 M, Camp III di 7.300 M dan Camp IV di 7.980 M. Saat ekspedisi pertama hanya tiga orang yang diperkenankan melanjutkan ke Puncak Everest di 8.850 M. Sementara yang mencapai puncak Everest hanya dua orang yakni Asmujiono dan Misirin.
Tekad kuat pantang pulang tanpa prestasi akhirnya mengantarkan mimpi mereka terwujud. Asmujiono berhasil membawa misi pada 26 April 1997 pukul 15.30 waktu setempat. Dia tercatat sebagai pendaki ke-662 yang menapaki kaki di Puncak Everest, disusul oleh Misirin di posisi 663. Tetapi bagi orang Asia Tenggara, keduanya menjadi orang pertama dan kedua. Semua bisa menjadi kenyataan karena mimpi dan cita-cita.

Pengakuan itu disampaikan oleh Asmujiono saat menjadi nara sumber
Talkshow Ekspedisi Mount Everest Indonesia 1997, Merah Putih di Atap Tertinggi Dunia di Aula Gedung A Lantai A Lantai 4 Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang, Minggu (24/5).

"Bahkan banyak orang yang mengabarkan kalau saya sudah sakit jiwa dan harus menjalani karantina. Saya sakit sekitar 2 tahun, disangka gila, karena itu saya disembunyikan," kata Asmujiono.

Perubahan yang drastis dari suhu ekstrem kemudian kembali ke suhu tropis diduga menjadi penyebab sakitnya. Selama dua tahun, Asmujiono harus menjalani pengobatan, di antaranya di Sumur Tujuh Banten.

"Seharusnya tidak langsung dibawa ke Indonesia, minimal satu tahun di Nepal menjalani penyesuaian. Harusnya disuruh jalan-jalan dulu seperti para bule-bule di sana," katanya.

Asmujiono begitu selesai dengan misinya langsung dijemput oleh pesawat khusus. Saat itu menjadi ikon kebanggaan karena sudah mencatat rekor.

"Saya ditanya wartawan diam saja, saraf belum bisa menerima. Ibarat besi panas langsung dimasukkan ke dalam es, langsung bengkok," katanya.

Sempat tergiang dalam ingatan Asmujiono, kalau kelak pulang dari menjalankan misi akan bercerita kepada teman-teman sambil bisa berbangga.

"Saya yang pelakunya saat itu tidak punya kesempatan, ke mana-mana saya tidak diajak. Bahkan tidak sedikit yang meragukan. Benarkah saya sampai ke puncak Everest," katanya.(Merdeka.com/Beritaterheboh.com)




from Berita Heboh https://ift.tt/2pUxfbD
via IFTTT
Share:

0 comments:

Post a Comment

Arsip Blog

Definition List

Unordered List

Support